Minggu, 08 Februari 2015

Overcast (Part 1); How It's Began


Title       : Overcast
PART 1—How It’s Began
Author   : Tea
Length   : -
Genre(s): Romance, Angst
Cast(s)   : Goo Junhoe, OC, iKON members.


Sudah lebih dari lima menit dua bocah itu duduk saling berhadapan tanpa membuka suara, padahal beberapa menit lagi seonsaengnim dengan tampang serampangan itu akan memanggil mereka satu per satu untuk menyanyi di depan kelas, sebagai simulasi untuk tes menyanyi minggu depan.
Atmosfer kelas yang ramai dan gaduh dalam diskusi tidak mampu memecah ketidak-akraban dua murid yang bangkunya saling bersebelahan itu. Sudah satu semester lewat sejak kenaikan kelas, tapi nyatanya mereka berdua masih terlalu awkward—sama-sama tak pernah saling sapa sekali pun.
              Goo Junhoe, bocah namja yang dari tadi terus menghela nafas itu masih urung memulai percakapan. Moodnya sudah benar-benar hancur sejak seonsaengnim muda yang tengah mengotak-atik gitarnya itu memberitahukan bahwa materi kali ini adalah menyanyi, hal dalam seni yang Goo Junhoe benci selain menggambar.
Helaan nafasnya makin dihembus keras ketika matanya kembali tak sengaja menatap yeoja yang duduk di hadapannya. Han Sara—Bocah satunya yang sedang menatap kosong ke atas meja itu bukanlah orang yang Goo Junhoe harapkan untuk menjadi partner dalam tugas kali ini. Yeoja itu terlalu pendiam dan pemalu untuk bisa membawakan lagu bersamanya minggu depan. Goo Junhoe juga yakin kalau yeoja itu tidak bisa bernyanyi, buktinya untuk bicara saja dia hanya seperlunya bersuara.
              “Lagu apa yang akan kita nyanyikan?” Tanpa diduga Han Sara buka suara di tengah lamunan Goo Junhoe. Membuatnya agak terkejut.
Namun begitu, Junhoe tetap urung bersuara. Ia malah merebahkan tubuhnya di meja kemudian memainkan jari-jemarinya. Tak peduli apakah Han Sara akan marah atau bahkan menangis karenanya kemudian mengadu pada seonsaengnim itu.
Ia benar-benar tidak peduli dengan menyanyi, tidak juga dengan yeoja ini. Rasa percaya diri yang berlebihan dalam diri Junhoe memang terus membuat keangkuhannya makin bertambah tiap hari.
Tapi ternyata tak ada respon yang ia dapatkan. Junhoe yang penasaran melirik wajah Sara diam-diam dari balik lengannya. Mendapati Sara yang diam dengan ekspresi polos menunggu jawaban Junhoe yang juga tengah menatap tepat ke arah mata Junhoe. Yeoja itu berkedip ketika memergoki Junhoe yang ternyata tengah mengawasi gerak-geriknya.
“Apa yang akan kita nyanyikan?”
Namja itu pun menyerah atas kesabaran yeoja di hadapannya. Dia menegakkan duduknya dan menghela nafas panjang sebelum akhirnya menatap yeoja itu malas dan mulai berbicara.
“Kau saja sana yang menyanyi! Aku tidak mau bernyanyi.”
“Tapi nanti kau tidak dapat nilai.”
“Aku akan pura-pura sakit.”
Han Sara bungkam mendengar jawaban Junhoe yang terlampau santai di saat seperti ini. Ia tampak mengatupkan bibirnya rapat-rapat, entah karena jengkel pada Junhoe atau sedang memikirkan sesuatu di detik-detik terakhir sebelum nama mereka dipanggil seonsaengnim. Dan benar saja, tak sampai beberapa menit seonsaengnim memanggil mereka.
              “Han Sara dan Goo Junhoe!”
              Junhoe tidak menggeser posisinya sama sekali. Tetap bersikap masa bodoh dan tetap menelungkupkan badannnya di atas meja, berpura-pura sakit—setidaknya hingga pelajaran seni musik berakhir. Ia diam-diam kembali mengintip ekspresi Sara yang berubah kebingungan. Namun kemudian yeoja itu malah berdiri dengan cepat dan mendekat sedikit pada Junhoe seraya berbisik.
              “Aku akan menyanyikan satu lagu sekarang. Nanti kalau kau tidak suka, kau boleh protes. Aku akan bilang ke seonsaengnim kalau kau belum siap. Kau tidak perlu pura-pura sakit.”
              Han Sara pun berjalan ke depan dengan kedua tangan dikepalkan di samping tubuhnya. Setelah mengucapkan sesuatu pada Seonsaengnim, ia kemudian berdiri di depan kelas, menghadap semua murid yang kini menatapnya lekat, tak terkecuali Junhoe yang mengawasinya diam-diam dalam posisi masih telungkup di meja—penasaran bagaimana yeoja itu akan mempermalukan diri sendiri di depan sana.
Han Sara diam sejenak dan mengedarkan pandangan ke penjuru kelas. Kedua tangan kecilnya disembunyikan dibalik tubuhnya yang bergoyang-goyang samar. Namun begitu, yeoja kecil itu tetap terlihat manis dengan rambutnya yang digelung kanan kiri dan ekspresi wajahnya yang gugup.
“Karena Goo Junhoe belum siap, aku akan menyanyikan lagu If You’re Not the One.” Ucap Han Sara malu-malu.
Beberapa murid di sana mengerutkan dahi, kemudian saling bertanya-tanya. Judul lagu itu terasa asing bagi mereka, yang biasanya hanya mendengar lagu-lagu barat sebatas lagu-lagu anak yang sering diajarkan sejak di taman kanak-kanak dulu.
“Apa itu seperti lagu Twinkle Twinkle Little Star?” Celetuk salah satu dari mereka dengan polosnya.
Sara tersenyum mendengar pertanyaan temannya itu. “Bukan,” Jawabnya. “Ini lagu yang sering appa nyanyikan kalau pulang dari Amerika.”
Mereka terlihat mengangguk-angguk mendengar jawaban Sara. Dan yeoja itu mulai menyanyi bersama dengan iringan gitar akustik dari seonsaengnim.
If you're not the one, then why does my soul feel glad today
Bukan main, seluruh isi kelas dibuat terkejut dengan suara lembut nan merdu tanpa cela yang keluar dari mulut kecil Han Sara. Bahkan Goo Junhoe pun menegakkan duduknya dan menajamkan pendengaran.
Itu benar-benar Han Sara, yeoja yang selama ini selalu dicap sebagai yeoja paling abu-abu di kelas—paling pemalu dan tak pernah dianggap ada tiba-tiba bersinar. Ia seperti diterangi sorotan cahaya dari surga, ia berkilauan ketika menyanyikan nada-nada itu.
Entah apa yang menelusup dalam diri Junhoe, tapi sungguh dalam hatinya ada sesuatu yang terus bergejolak. Membuat dirinya menikmati bait-bait lirik yang bahkan tak ia mengerti. Sampai-sampai membawanya ikut menyenandungkan lagu itu yang bahkan baru ia dengar.
I don’t wanna run away but I can’t take it, I don’t understand
If I'm not made for you, then why does my heart tell me that I am
Is there anyway that I can stay in your arms
***
Tangannya tak berhenti menekan tombol replay pada mp4 milik Sara yang dipinjamkan padanya untuk latihan. Terang saja, ia tak bisa berhenti mendengarkan lagu ini sejak Han Sara menyanyikannya. Suara lembutnya selalu terngiang kembali bahkan beresonansi dalam rongga kepalanya ketika ia mendengarkan lagu ini, menjadi candu tersendiri bagi Junhoe—pendek kata, Han Sara berhasil membuatnya ingin bernyanyi.
Persepsinya terhadap Han Sara diam-diam berubah sejak hari itu dan hari-hari ketika mereka berlatih bersama. dia tak seperti yang selama ini orang-orang kira. Walaupun benar yeoja itu pendiam dan pemalu, tapi ternyata dia benar-benar menyenangkan dan begitu baik—ia begitu sabar menghadapi anak semacam Junhoe, yang selalu lancang terhadap siapa pun. Sampai-sampai Junhoe sendiri bingung, bagaimana bisa ada orang yang masih saja tersenyum tulus saat terus dimaki-maki olehnya?
Bel masuk sudah berdering beberapa menit yang lalu. Sekarang sudah pukul 8 lewat dan Han Sara belum juga datang. Satu alasan yang jelas kenapa dia menunggu-nunggu yeoja itu adalah untuk mengatasi rasa groginya sebelum maju ke depan dan bernyanyi. Setidaknya jika ia sempat latihan sekali saja bersama partnernya itu, rasa grogi akan berkurang meskipun sedikit.
Goo Junhoe terus bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi kepada yeoja itu? Ingin sekali ia tanyakan itu kepada tiap anak dalam kelas ini, andai saja rasa penasaran itu bisa mengalahkan benteng angkuh dalam dirinya—Ia tidak ingin terlihat peduli dengan siapa pun. Untuk beberapa alasan ia tidak pernah merasa nyaman akan itu.
Hingga tiba-tiba seorang siswa masuk dan berdiri di depan kelas. Ia kemudian berteriak meminta perhatian. Membuat semua orang sontak memusatkan perhatian padanya.
              “Han Sara tidak datang,” Ucap anak itu lantang. “Ibunya meninggal kemarin malam.”
              Suasana tak berubah sepi, semuanya hanya mendengar berita itu sesaat kemudian kembali sibuk sendiri bermain-main, hanya beberapa yang kemudian menanggapi berita itu. Kiranya anak-anak itu terlalu polos untuk memahami berita duka.
Namun Goo Junhoe, namja paling acuh itu terpaku. kalimat itu seakan bergaung keras di telinganya, menciptakan pukulan tersendiri yang membuat batinnya berkecamuk.
              Sebenarnya, itu berarti baik bagi Junhoe. Karena dia tidak akan tampil hari ini.
Namun hatinya tidak bergemuruh senang. Ia ingat Han Sara tinggal hanya dengan eommanya sedangkan appanya bekerja di Amerika, itu berarti Han Sara sekarang sendirian.
Terbayang Han Sara yang biasanya selalu tenang dan tersenyum lembut ketika mengajarkannya bernyanyi, sekarang tengah menutup-nutupi tangis dengan tangan-tangan kecilnya, ketakutan karena sendirian. Entah kenapa terasa begitu menyakitkan.
              Tiba-tiba pintu kelas berderit keras. Semua siswa kelabakan berlari ke bangku masing-masing. Pintu pun terbuka sedikit, namun bukan seonsaengnim serampangan itu yang terlihat.
              “Han Sara!” Seorang yeoja memekik senang dan kemudian berlari ke arah pintu dan membukanya lebar-lebar.
              Beberapa orang pun ikut menyambut Sara yang tanpa diduga datang. Ia terlihat pucat-pasi. Rambutnya yang biasanya digelung kanan-kiri sekarang terurai. Tidak ada raut ceria dalam wajahnya, kedua matanya pun masih sembab dan bias ketakutan masih tergambar jelas. Senyuman dari bibirnya terlihat dipaksakan menyambut setiap ucapan belasungkawa dari beberapa teman.
Binar mata Junhoe samar-samar berubah cerah. tanpa berpikir panjang ia membuang image angkuhnya dan menghampiri Sara, memastikan bahwa Sara tidak dalam kondisi seburuk benaknya.
“Kau datang?”
“Iya,” Yeoja itu melebarkan senyumannya ketika menjawab pertanyaan Junhoe. Mengisyaratkan maaf karena tau bahwa Junhoe adalah orang yang paling menunggu-nunggu kedatangannya pagi ini. “Kita harus menyanyi hari ini.”
Sejenak Junhoe diam, sebuah pertanyaan masih muncul di benaknya.
“Tapi kau datang diantar siapa?”
Han Sara perlahan menggeser sedikit tubuhnya, membiarkan Junhoe melihat ke belakangnya. Terlihat seorang wanita paruh baya dengan tatanan rambut dan sweater yang familiar. Ia terlihat begitu anggun dan tengah berdiri tak jauh di belakang Han Sara.
Junhoe terbelalak.
“Annyeong Junhoe.” Wanita paruh baya itu tersenyum lembut padanya.
“Halmeoni?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar