Title : Overcast
PART 1—How It’s Began
Author :
Tea
Length :
-
Genre(s): Romance, Angst
Cast(s) : Goo Junhoe, OC, iKON
members.
Sudah lebih dari lima menit dua bocah itu duduk saling berhadapan tanpa
membuka suara, padahal beberapa menit lagi seonsaengnim dengan tampang
serampangan itu akan memanggil mereka satu per satu untuk menyanyi di depan
kelas, sebagai simulasi untuk tes menyanyi minggu depan.
Atmosfer kelas yang ramai dan gaduh dalam diskusi tidak mampu memecah
ketidak-akraban dua murid yang bangkunya saling bersebelahan itu. Sudah satu
semester lewat sejak kenaikan kelas, tapi nyatanya mereka berdua masih terlalu awkward—sama-sama
tak pernah saling sapa sekali pun.
Goo
Junhoe, bocah namja yang dari tadi terus menghela nafas itu masih urung memulai
percakapan. Moodnya sudah benar-benar hancur sejak seonsaengnim muda yang
tengah mengotak-atik gitarnya itu memberitahukan bahwa materi kali ini adalah
menyanyi, hal dalam seni yang Goo Junhoe benci selain menggambar.
Helaan nafasnya makin dihembus keras ketika matanya kembali tak sengaja
menatap yeoja yang duduk di hadapannya. Han Sara—Bocah satunya yang sedang
menatap kosong ke atas meja itu bukanlah orang yang Goo Junhoe harapkan untuk
menjadi partner dalam tugas kali ini. Yeoja itu terlalu pendiam dan
pemalu untuk bisa membawakan lagu bersamanya minggu depan. Goo Junhoe juga
yakin kalau yeoja itu tidak bisa bernyanyi, buktinya untuk bicara saja dia
hanya seperlunya bersuara.
“Lagu
apa yang akan kita nyanyikan?” Tanpa diduga Han Sara buka suara di tengah
lamunan Goo Junhoe. Membuatnya agak terkejut.
Namun begitu, Junhoe tetap urung bersuara. Ia malah merebahkan tubuhnya di
meja kemudian memainkan jari-jemarinya. Tak peduli apakah Han Sara akan marah
atau bahkan menangis karenanya kemudian mengadu pada seonsaengnim itu.
Ia benar-benar tidak peduli dengan menyanyi, tidak juga dengan yeoja ini.
Rasa percaya diri yang berlebihan dalam diri Junhoe memang terus membuat
keangkuhannya makin bertambah tiap hari.
Tapi ternyata tak ada respon yang ia dapatkan. Junhoe yang penasaran
melirik wajah Sara diam-diam dari balik lengannya. Mendapati Sara yang diam
dengan ekspresi polos menunggu jawaban Junhoe yang juga tengah menatap tepat ke
arah mata Junhoe. Yeoja itu berkedip ketika memergoki Junhoe yang ternyata
tengah mengawasi gerak-geriknya.
“Apa yang akan kita nyanyikan?”
Namja itu pun menyerah atas kesabaran yeoja di hadapannya. Dia menegakkan
duduknya dan menghela nafas panjang sebelum akhirnya menatap yeoja itu malas
dan mulai berbicara.
“Kau saja sana yang menyanyi! Aku tidak mau bernyanyi.”
“Tapi nanti kau tidak dapat nilai.”
“Aku akan pura-pura sakit.”
Han Sara bungkam mendengar jawaban Junhoe yang terlampau santai di saat
seperti ini. Ia tampak mengatupkan bibirnya rapat-rapat, entah karena jengkel
pada Junhoe atau sedang memikirkan sesuatu di detik-detik terakhir sebelum nama
mereka dipanggil seonsaengnim. Dan benar saja, tak sampai beberapa menit
seonsaengnim memanggil mereka.
“Han
Sara dan Goo Junhoe!”
Junhoe
tidak menggeser posisinya sama sekali. Tetap bersikap masa bodoh dan tetap
menelungkupkan badannnya di atas meja, berpura-pura sakit—setidaknya hingga
pelajaran seni musik berakhir. Ia diam-diam kembali mengintip ekspresi Sara
yang berubah kebingungan. Namun kemudian yeoja itu malah berdiri dengan cepat
dan mendekat sedikit pada Junhoe seraya berbisik.
“Aku
akan menyanyikan satu lagu sekarang. Nanti kalau kau tidak suka, kau boleh
protes. Aku akan bilang ke seonsaengnim kalau kau belum siap. Kau tidak perlu
pura-pura sakit.”
Han
Sara pun berjalan ke depan dengan kedua tangan dikepalkan di samping tubuhnya.
Setelah mengucapkan sesuatu pada Seonsaengnim, ia kemudian berdiri di depan
kelas, menghadap semua murid yang kini menatapnya lekat, tak terkecuali Junhoe
yang mengawasinya diam-diam dalam posisi masih telungkup di meja—penasaran
bagaimana yeoja itu akan mempermalukan diri sendiri di depan sana.
Han Sara diam sejenak dan mengedarkan pandangan ke penjuru kelas. Kedua
tangan kecilnya disembunyikan dibalik tubuhnya yang bergoyang-goyang samar. Namun
begitu, yeoja kecil itu tetap terlihat manis dengan rambutnya yang digelung
kanan kiri dan ekspresi wajahnya yang gugup.
“Karena Goo Junhoe belum siap, aku akan menyanyikan lagu If You’re Not
the One.” Ucap Han Sara malu-malu.
Beberapa murid di sana mengerutkan dahi, kemudian saling bertanya-tanya.
Judul lagu itu terasa asing bagi mereka, yang biasanya hanya mendengar
lagu-lagu barat sebatas lagu-lagu anak yang sering diajarkan sejak di taman
kanak-kanak dulu.
“Apa itu seperti lagu Twinkle Twinkle Little Star?” Celetuk salah
satu dari mereka dengan polosnya.
Sara tersenyum mendengar pertanyaan temannya itu. “Bukan,” Jawabnya. “Ini
lagu yang sering appa nyanyikan kalau pulang dari Amerika.”
Mereka terlihat mengangguk-angguk mendengar jawaban Sara. Dan yeoja itu
mulai menyanyi bersama dengan iringan gitar akustik dari seonsaengnim.
If you're not the one,
then why does my soul feel glad today
Bukan main, seluruh isi kelas dibuat terkejut dengan suara lembut nan merdu
tanpa cela yang keluar dari mulut kecil Han Sara. Bahkan Goo Junhoe pun menegakkan
duduknya dan menajamkan pendengaran.
Itu benar-benar Han Sara, yeoja yang selama ini selalu dicap sebagai yeoja
paling abu-abu di kelas—paling pemalu dan tak pernah dianggap ada tiba-tiba
bersinar. Ia seperti diterangi sorotan cahaya dari surga, ia berkilauan ketika
menyanyikan nada-nada itu.
Entah apa yang menelusup dalam diri Junhoe, tapi sungguh dalam hatinya ada sesuatu
yang terus bergejolak. Membuat dirinya menikmati bait-bait lirik yang bahkan tak
ia mengerti. Sampai-sampai membawanya ikut menyenandungkan lagu itu yang bahkan
baru ia dengar.
I
don’t wanna run away but I can’t take it, I don’t understand
If I'm not made for
you, then why does my heart tell me that I am
Is there anyway that I can stay
in your arms
***
Tangannya tak berhenti menekan tombol replay pada mp4 milik Sara
yang dipinjamkan padanya untuk latihan. Terang saja, ia tak bisa berhenti
mendengarkan lagu ini sejak Han Sara menyanyikannya. Suara lembutnya selalu
terngiang kembali bahkan beresonansi dalam rongga kepalanya ketika ia
mendengarkan lagu ini, menjadi candu tersendiri bagi Junhoe—pendek kata, Han
Sara berhasil membuatnya ingin bernyanyi.
Persepsinya terhadap Han Sara diam-diam berubah sejak hari itu dan
hari-hari ketika mereka berlatih bersama. dia tak seperti yang selama ini
orang-orang kira. Walaupun benar yeoja itu pendiam dan pemalu, tapi ternyata dia
benar-benar menyenangkan dan begitu baik—ia begitu sabar menghadapi anak
semacam Junhoe, yang selalu lancang terhadap siapa pun. Sampai-sampai Junhoe
sendiri bingung, bagaimana bisa ada orang yang masih saja tersenyum tulus saat
terus dimaki-maki olehnya?
Bel masuk sudah berdering beberapa menit yang lalu. Sekarang sudah pukul 8
lewat dan Han Sara belum juga datang. Satu alasan yang jelas kenapa dia
menunggu-nunggu yeoja itu adalah untuk mengatasi rasa groginya sebelum maju ke
depan dan bernyanyi. Setidaknya jika ia sempat latihan sekali saja bersama partnernya
itu, rasa grogi akan berkurang meskipun sedikit.
Goo Junhoe terus bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi kepada yeoja
itu? Ingin sekali ia tanyakan itu kepada tiap anak dalam kelas ini, andai saja
rasa penasaran itu bisa mengalahkan benteng angkuh dalam dirinya—Ia tidak ingin
terlihat peduli dengan siapa pun. Untuk beberapa alasan ia tidak pernah merasa
nyaman akan itu.
Hingga tiba-tiba seorang siswa masuk dan berdiri di depan kelas. Ia
kemudian berteriak meminta perhatian. Membuat semua orang sontak memusatkan
perhatian padanya.
“Han
Sara tidak datang,” Ucap anak itu lantang. “Ibunya meninggal kemarin malam.”
Suasana
tak berubah sepi, semuanya hanya mendengar berita itu sesaat kemudian kembali
sibuk sendiri bermain-main, hanya beberapa yang kemudian menanggapi berita itu.
Kiranya anak-anak itu terlalu polos untuk memahami berita duka.
Namun Goo Junhoe, namja paling acuh itu terpaku. kalimat itu seakan
bergaung keras di telinganya, menciptakan pukulan tersendiri yang membuat
batinnya berkecamuk.
Sebenarnya,
itu berarti baik bagi Junhoe. Karena dia tidak akan tampil hari ini.
Namun hatinya tidak bergemuruh senang. Ia ingat Han Sara tinggal hanya dengan
eommanya sedangkan appanya bekerja di Amerika, itu berarti Han Sara sekarang
sendirian.
Terbayang Han Sara yang biasanya selalu tenang dan tersenyum lembut ketika
mengajarkannya bernyanyi, sekarang tengah menutup-nutupi tangis dengan
tangan-tangan kecilnya, ketakutan karena sendirian. Entah kenapa terasa begitu
menyakitkan.
Tiba-tiba
pintu kelas berderit keras. Semua siswa kelabakan berlari ke bangku
masing-masing. Pintu pun terbuka sedikit, namun bukan seonsaengnim serampangan
itu yang terlihat.
“Han
Sara!” Seorang yeoja memekik senang dan kemudian berlari ke arah pintu dan
membukanya lebar-lebar.
Beberapa
orang pun ikut menyambut Sara yang tanpa diduga datang. Ia terlihat pucat-pasi.
Rambutnya yang biasanya digelung kanan-kiri sekarang terurai. Tidak ada raut
ceria dalam wajahnya, kedua matanya pun masih sembab dan bias ketakutan masih
tergambar jelas. Senyuman dari bibirnya terlihat dipaksakan menyambut setiap
ucapan belasungkawa dari beberapa teman.
Binar mata Junhoe samar-samar berubah cerah. tanpa berpikir panjang ia membuang
image angkuhnya dan menghampiri Sara, memastikan bahwa Sara tidak dalam kondisi
seburuk benaknya.
“Kau datang?”
“Iya,” Yeoja itu melebarkan senyumannya ketika menjawab pertanyaan Junhoe.
Mengisyaratkan maaf karena tau bahwa Junhoe adalah orang yang paling menunggu-nunggu
kedatangannya pagi ini. “Kita harus menyanyi hari ini.”
Sejenak Junhoe diam, sebuah pertanyaan masih muncul di benaknya.
“Tapi kau datang diantar siapa?”
Han Sara perlahan menggeser sedikit tubuhnya, membiarkan Junhoe melihat ke
belakangnya. Terlihat seorang wanita paruh baya dengan tatanan rambut dan
sweater yang familiar. Ia terlihat begitu anggun dan tengah berdiri tak jauh di
belakang Han Sara.
Junhoe terbelalak.
“Annyeong Junhoe.” Wanita paruh baya itu tersenyum lembut padanya.
“Halmeoni?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar